Wednesday 24 March 2010

Buang Sampah Kok Repot

“Eh, jangan! Jangan buang sampah sembarangan!” larang Agus saat menurunkan kaca jendela mobil.
“Huu, sekarang kan sudah tidak di jalan tol. Tidak akan didenda kalau buang sampah,”  keluh Denis sambil memasukkan kulit kacang ke kantong plastik.
“Kamu nih bagaimana sih? Masa membuang sampah dari jendela mobil? Kampungan itu namanya!” sambung Asri ketus.
“Semua orang juga melakukannya, kecuali kamu!” Denis tetap tidak mau kalah. Ia sudah terbiasa melempar sampah ke jalanan.
“Tidak semua orang lagi. Ayah juga tidak kan, Yah?” Asri mencari dukungan dari ayah yang sedang menyetir.
“Kamu pernah ke Singapura, Den?” Tanya ayah sambil melirik Denis dari kaca spion.
“Ya, Om. Wah payah di sana. Sedikit-sedikit didenda. Buang sampah sembarangan didenda, buang permen karet, meludah sembarangan didenda. Repot deh. Dendaaa melulu!” Denis ingat saat ia pergi ke singapura.
“Tapi hasilnya kamu lihat kan, kotanya bersih.”
“Iya,sih. Tapi di sini percuma. Singapura jadi bersih, karena semua orang melakukannya. Kalau di sini, tidak semua orang disiplin. Jadi percuma,” bantah Denis. ”Aku juga jadi tertib kalau pergi ke sana.”
“Om tidak terpikir begitu, Den,” kata ayah. “Kalau ada satu orang yang mulai, nanti akan diikuti yang lain. Om tidak membuang sampah sembarangan. Asri dan Agus jadi ikut tertib. Nanti diikuti teman-teman yang lain. Lama kelamaan banyak orang yang ikut dan akhirnya menjadi bersih!”
Denis mendengar baik-baik. “Kalau di Jepang cara membuang sampahnya lebih njelimet lagi,” cerita ayah. “Sampah-sampah dikelompokkan sesuai jenisnya. Ada sampah kertas, sampah kaleng, sampah kaca. Jadi, minum aqua botol beling. Tutupnya kamu masukkan ke kotak sampah kaleng, sedangkan botolnya kamu masukkan ke kotak sampah kaca.”
“Wah, buang sampah saja kok repot benar!” komentar Asri.
“Tapi dengan cara seperti itu, sampah dari kantor, rumah, restoran, semuanya bisa di daur ulang dengan baik. Dan kalau sudah terbiasa, ya tidak terasa repot lagi………..”
“Ah, aku senang jadi orang Indonesia. Orang Indonesia kaya kok. Mana ada orang makan piringnya dibuang, kecuali orang Indonesia,” kata Denis dengan yakin.
“Kok bisa ?” Tanya Agus dan Asri bareng-bareng.
“Iya, kan makannya di daun pisang. Habis makan langsung dibuang. Tidak repot mencuci piring segala. He……..he……..he…………”

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India